Penilaian kesadaran Kualitatif
Penilaian kesadaran Kualitatif
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
KESADARAN
Menurut
Solso (2017) kesadaran
(consciousness) adalah kesiagaan (awareness)
seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di lingkungannya (seperti pemandangan
dan suara-suara dari lingkungan sekitarnya) serta peristiwa-peristiwa kognitif
yang meliputi memori, pikiran, perasaan, dan sensasi-sensasi fisik. Kesadaran
dilakukan seseorang atas kemauannya sendiri berdasarkan keputusan, bukan
berdasarkan insting maupunpun gerak reflek.
Zeman,
2011 (dalam Solso, 2017) membagi kesadaran dalam
empat kategori: (1) kondisi terjaga (waking state) yakni kondisi saat kita
mempersepsi dan berinteraksi, (2) pengalaman, yang merupakan kesiagaan setiap
saat terhadap peristiwa-peristiwa yang berlangsung disekeliling kita, (3)
kondisi mental kita, yang meliputi keyakinan, harapan, niat dan hasrat, (4)
kesadaran diri kita, yang meliputi rekognisi-diri, pengetahuan-diri, perasaan
kepemilikan atas pikiran-pikiran, ide-ide dan perasaan kita sendiri.
.Gangguankesadaran,
yaitu keadaan dimana tidak terdapat aksi dan reaksi, walaupun diransang secara
kasar.
Tingkat
kesadaran
Ø Kompos
mentis : sadar sepenuhnya baik terhadap dirinya maupun
lingkungan. Pada kompos mentis ini aksi dan reaksi bersifat adekuat yang tepat
dan sesuai./klien
dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
Ø Apatis : keadaan
pasien yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungan atau Pasien mengalami keadaan acuh tak
acuh terhadap keadaan di sekitarnya
Ø Delirium : penurunan
kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu.
Pasien tampak gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-meronta. Atau Pasien disorientasi sangat iritatif
kacau dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik
Ø Somnolen (letargi, obtundasi,
hipersomnia) : mengantuk yang masih dapat dipulihkan bila diberi
ransangan tapi saat ransangan dihentikan, pasien tertidur lagi. Pada somnolen
jumlah jam tidur meningkat dan reaksi psikologis lambat. Atau Pasien memiliki kesadaran yang lebih
rendah ,ditandai dengan kelihatan mengantuk, selalu ingin tidur, tidak
responsive terhadap rangsangan ringan dan masih memberikan respon terhadap
rangsangan yang kuat
Ø Soporous/stupor : keadaan
mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan ransangan kuat
tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberijawaban verbal
yang baik. Pada soporous/stupor reflek kornea dan pupil baik, BAB dan BAK tidak
terkontrol. Stupor disebabkan oleh disfungsi serebral organic difus.
Ø Semi koma : penurunan
kesadaran yang tidak member respon terhadap ransangan verbal dan tidak dapat
dibangunkan sama sekali, tapi reflek kornea dan pupil masih baik.
Ø Koma : penurunan kesadaran
yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap
nyeri.
Derajat
kesadaran yang paling rendah yaitu koma. Koma terbagi dalam :
Ø Koma supratentorial diensephalik :
merupakan semua proses supratentorial yang mengakibatkan destruksi dan kompresi
pada substansia retikularis diensefalon yang menimbulkan koma.
Koma
supratentorial diensephalik dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu :
- Proses
desak ruang yang meninggikan tekanan dalam ruang intracranial supratentorial
secara akut.
- Lesi
yang menimbulkan sindrom ulkus.
- Lesi
supratentorial yang menimbulkan sindrom kompresi rostrokaudal terhadap batang
otak.
Ø Koma infratentorial diensefalik, disini
terdapat 2 macam proses patologik yang menimbulkan koma :
- Proses
patologik dalam batang otak yang merusak substansia retikularis.
- Proses
diluar batang otak yang mendesak dan mengganggu fungsi substansia retikularis.
Koma
infratentorial akan cepat timbul jika substansia retikularis mesensefalon
mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi baik. Hal ini terjadi akibat
perdarahan. Dimana perdarahan di batang otak sering merusak tegmentum pontis
dari pada mesensefalon.
Ø Koma bihemisferik difus : terjadi
karena metabolism neural kedua belah hemsferium terganggu secara difus. Gejala
yang ditimbulkannya yaitu dapat berupa hemiparesis, hemihiperestesia, kejang
epileptic, afasia, disatria, dan ataksia, serta gangguan kualitas kesadaran.
Penyebab Penurunan Kesadaran
Penurunan
tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat
menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran
darah (seperti pada keadaan syok);
penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis) ; pada keadaan
hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan,
alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan intrakranial
(karena perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi.
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari
berbagai faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti
keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan
tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala. Adanya defisit tingkat
kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas
reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka
morbiditas
(kecacatan) dan mortalitas (kematian).
Jadi
sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat
kesadaran ini bisa dijadikan salah satu
bagian dari vital sign
Adapun penyebab beserta penjelasannya adalah
sebagai berikut:
1.
S : Sirkulasi
Meliputi
stroke dan penyakit jantung, Syok (shock) adalah kondisi medis tubuh yang
mengancam jiwa yang diakibatkan oleh kegagalan sistem sirkulasi darah dalam
mempertahankan suplai darah yang memadai. Berkurangnya suplai darah
mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan tubuh. Jika tidak
teratasi maka dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ penting yang dapat
mengakibatkan kematian. Kegagalan sistem sirkulasi dapat disebabkan oleh
Kegagalan jantung memompa darah, terjadi pada serangan jantung.
2.
E : Ensefalitis
Dengan
tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis yang mungkin
melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan.
3.
M : Metabolik
Misalnya
hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum. Etiologi
hipoglikemia pada DM yaitu hipoglikemia pada DM stadium dini, hipoglikemia dalm
rangka pengobatan DM yang berupa penggunaan insulin, penggunaan sulfonil urea,
bayi yang lahir dari ibu pasien DM, dan penyebab lainnya adalah hipoglikemia
yang tidak berkaitan dengan DM berupa hiperinsulinisme alimenter pos
gastrektomi, insulinoma, penyakit hati yang berat, tumor ekstrapankreatik,
hipopitiutarism
Gejala-gejala
yang timbul akibat hipoglikemia terdiri atas 2 fase. Fase 1 yaitu gejala-gejala
yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya
hormon efinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor,
ketakutan, rasa lapar dan mual. gejala ini timbul bila kadar glukosa darah
turun sampai 50% mg. Sedangkan Fase 2 yaitu gejala-gejala yang terjadi akibat
mulai terjadinya gangguan fungsi otak , karena itu dinamakan juga gejala
neurologi. Gejalanya berupa pusing, pandang kabur, ketajam mental menurun,
hilangnya keterampilan motorik halus, penurunan kesadaran, kejang-kejang dan
koma.gejala neurologi biasanya muncul jika kadar glukosa darah turun mendekati
20% mg.
Pada
pasien ini menurut gejalanya telah memasuki fase 2 karena telah terjadi
gangguan neurologik berupa penurunan kesadaran, pusing, dan penurunan kadar
glukosa plasma mendekati 20 mg%.dan menurut stadiumnya pasien telah mengalami
stadium gangguan otak karena terdapat gangguan kesadaran. Pada pasien DM yang
mendapat insulin atau sulfonilurea diagnosis hipoglikemia dapat ditegakan bila
didapatkan gejala-gejala tersebut diatas. Keadaan tersebut dapat
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan glukosa darah.
Bila
gejalanya meragukan sebaiknya ambil dulu darahnya untuk pemeriksaan glukosa
darah. Bila dengan pemberian suntik bolus dekstrosa pasien yang semula tidak
sadar kemudian menjadi sadar maka dapat dipastiakan koma hipogikemia.sebagai
dasar diagnosis dapat digunakan trias whipple, yaitu gejala yang konsisten
dengan hipoglikemia, kadar glukosa plasma rendah, gejala mereda setelah kadar
glukosa plasma meningkat
Prognosis
dari hipoglikemia jarang hingga menyebabkan kematian. Kematian dapat terjadi
karena keterlambatan mendapatkan pengobatan, terlalu lama dalam keadaan koma
sehingga terjadi kerusakan jaringan otak.
4.
E : Elektrolit
Misalnya
diare dan muntah yang berlebihan. Diare akut karena infeksi dapat disertai
muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang
perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi
yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan
hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut.
Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik.
Karena
kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang
mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul). Gangguan
kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang
sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia
jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai
timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul
penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal
akut.
5.
N : Neoplasma
Tumor
otak baik primer maupun metastasis, Muntah : gejala muntah terdapat pada 30%
kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada tumor di
fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektil dan tak disertai dengan
mual. Kejang : bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak
pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2%
penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Bangkitan kejang ditemui pada 70%
tumor otak di korteks, 50% pasien dengan astrositoma, 40% pada pasien
meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
Gejala
Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK) : berupa keluhan nyeri kepala di daerah
frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah
proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem.
6.
I : Intoksikasi
Penurunan
kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks secara menyeluruh misalnya pada
gangguan metabolik, dan dapat pula disebabkan oleh gangguan ARAS di batangotak,
terhadap formasio retikularis di thalamus, hipotalamus maupun mesensefalon Pada
penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni gangguan
derajat(kuantitas, arousal wake f ulness) kesadaran dan gangguan isi (kualitas,
awareness alertness kesadaran). Adanya lesi yang dapat mengganggu interaksi
ARAS dengan korteks serebri, apakahlesi supratentorial, subtentorial dan
metabolik akan mengakibatkan menurunnya kesadaran.
Intoksikasi
berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat menyebabkan penurunan kesadaran,
Menentukan kelainan neurologi perlu untuk evaluasi dan manajemen penderita.
Pada penderita dengan penurunan kesadaran, dapat ditentukan apakah
akibatkelainan struktur, toksik atau metabolik. Pada koma akibat gangguan
struktur mempengaruhi fungsi ARAS langsung atau tidak langsung. ARAS merupakan
kumpulanneuron polisinaptik yang terletak pada pusat medulla, pons dan
mesensefalon, sedangkan penurunan kesadaran karena kelainan metabolik terjadi
karena memengaruhi energi neuronal atau terputusnya aktivitas membran neuronal
atau multifaktor. Diagnosis banding dapat ditentukan melalui pemeriksaan
pernafasan, pergerakan spontan, evaluasisaraf kranial dan respons motorik
terhadap stimuli.
7.
T : Trauma
Terutama
trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural, perdarahan subdural,
dapat pula trauma abdomen dan dada. Cedera pada dada dapat mengurangi
oksigenasi dan ventilasi walaupun terdapat airway yang paten. Dada pasien harus
dalam keadaan terbuka sama sekali untuk memastikan ada ventilasi cukup dan
simetrik. Batang tenggorok (trachea) harus diperiksa dengan melakukan rabaan
untuk mengetahui adanya perbedaan dan jika terdapat emphysema dibawah kulit.
Lima kondisi yang mengancam jiwa secara sistematik harus diidentifikasi atau
ditiadakan (masing-masing akan didiskusikan secara rinci di Unit 6 - Trauma)
adalah tensi pneumothorax, pneumothorax terbuka, massive haemothorax, flail
segment dan cardiac tamponade.
Tensi
pneumothorax diturunkan dengan memasukkan suatu kateter dengan ukuran 14 untuk
mengetahui cairan atau obat yang dimasukkan kedalam urat darah halus melalui
jarum melalui ruang kedua yang berada diantara tulang iga pada baris
mid-clavicular dibagian yang terkena pengaruh. Jarum pengurang tekanan udara
dan/atau menutupi luka yang terhisap dapat memberi stabilisasi terhadap pasien
untuk sementara waktu hingga memungkinkan untuk melakukan intervensi yang lebih
pasti. Jumlah resusitasi diperlukan untuk suatu jumlah haemothorax yang lebih
besar, tetapi kemungkinannya lebih tepat jika intervensi bedah dilakukan lebih
awal, jika hal tersebut sekunder terhadap penetrating trauma (lihat dibawah).
Jika personalia dibatasi melakukan chest tube thoracostomy dapat ditunda,
tetapi jika pemasukkan tidak menyebabkan penundaan transportasi ke perawatan
yang definitif, lebih disarankan agar hal tersebut diselesaikan sebelum metransportasi
pasien.
8.
E : Epilepsi
Pasca
serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat menyebabkan
penurunan kesadaran. ( Harsono , 2013 )
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut
Solso (2007) kesadaran (consciousness) adalah kesiagaan (awareness) seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di
lingkungannya (seperti pemandangan dan suara-suara dari lingkungan sekitarnya)
serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori, pikiran, perasaan, dan
sensasi-sensasi fisik. Kesadaran dilakukan seseorang atas kemauannya sendiri
berdasarkan keputusan, bukan berdasarkan insting maupunpun gerak reflek.
Penelitian kualitatif adalah
penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis.
SARAN
Sebaiknya
jika terjadi kelainan dalam sistem saraf anda segera periksakan ke dokter
karena mencegah lebih baik daripada mengobati
Komentar
Posting Komentar