”FRAKTUR EKSTREMITAS ATAS”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang Fraktur dengan baik.
Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai penyakit fraktur. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana
ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kita sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
`
Makassar,22
Januari 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitass fisik dimana
terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olahraga. Pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor.
Jumlah korban kecelakaan lalu lintas di indonesia cenderung turun, yaitu
47.401 orang pada tahun 1989, Menjadi 32.815 orang pada tahun 2015. Rasio
jumlah korban cedera sebesar 16,80 per 10.000 penduduk dan rasio korban
meninggal sebesar 5,63 per 10.000 penduduk. Angka kematian tertinggi berada di
wilayah kalimantan timur, yaitu 11,07 per 100.000 penduduk dan terendah di Jawa
Tengah, yaitu sebesar 2,67 per 100.000 penduduk (Depkes, 1996)
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah definisi fraktur ekstremitas atas ?
2.
Bagaimanakah klasifikasi fraktur ekstremitas atas ?
3.
Bagaimanakah etiologi fraktur ekstremitas atas ?
4.
Bagaimanakah patofisiologi fraktur ekstremitas atas ?
5.
Bagaimanakah manifestasi klinik fraktur ekstremitas atas
?
6.
Bagaimanakah pemeriksaan fraktur ekstremitas atas ?
7.
Bagaimanakah penatalaksaan fraktur ekstremitas atas ?
8.
Bagaimanakah komplikasi fraktur ekstremitas atas ?
C.
Tujuan
1.
Mampu menjelaskan definisi fraktur ekstremitas atas
2.
Mampu menjelaskan klasifikasi fraktur ekstremitas atas
3.
Mampu menjelaskan etiologi fraktur ekstremitas atas
4.
Mampu menjelaskan patofisiologi fraktur ekstremitas atas
5.
Mampu menjelaskan manifestasi klinik fraktur ekstremitas
atas
6.
Mampu menjelaskan pemeriksaan fraktur ekstremitas atas
7.
Mampu menjelaskan penatalaksaan fraktur ekstremitas atas
8.
Mampu menjelaskan komplikasi fraktur ekstremitas atas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Banyak sekali batas yang dikemukakan oleh para ahli
tentang fraktur. Fraktur menurut Smeltzer (2012) adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Demikian pula menurut
Sjamsuhidayat (2015), fraktur atau patah tulang adalah putusnya kontiunitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
Sementara menurut Doenges (2020) memberikan batasan, fraktur adalah pemisahan
atau patahannya tulang. Fraktura adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik (Price,1995) sedangkan fraktur menurut Reeves
(2011),adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Berdasarkan batasan di atas dapat disimpulkan bahwa,
fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang, retak atau patahnya
tulang-tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
yang ditentukan jenis dan luasnya trauma
B. Klasifikasi Fraktur ekstremitas atas
1. Fraktur Kolum Humeri
Fraktur humerus proksimal dapat terjadi pada kolum
anatomikum maupun kolum sirurgikum humeri. Kolum anatomikum humeri terletak
tepat dibawah kaput humeri. Kolum sirurgikum humeri terletak dibawah
tuberlkulum. Fraktur invaksi kolum sirurgikum humeri paling sering terjadi pada
wanita tua setelah jatuh dengan posisi tangan menyangga. Fraktur ini pada
dasarnya tidak bergeser. Pasien usia sebaya yang aktif dapat mengalami fraktur
kolum humeri dengan pergeseran dengan disertai kerusakan rotator cuff.
Pasien datang dengan lengan yang sakit tergantung tak
berdaya pada sisi tubuh dan disangga oleh lengan yang sehat. Pengkajian
neurovaskuler ekstremitasyang terkena sangat penting untuk mengevaluasi dengan
sempurna beratnya cedera dan kemungkinan keterlibatan berkas neurovaskuler
(saraf dan pembuluh darah)lengan.
Kebanyakan fraktur impaksi kolum sirurgikum humeri tidak
mengalami pergeseran dan tidak memerlukan reduksi.lengan disangga dan di
mobilisasi dengan saling dan balutan yang mengikat lengan ke barang tubuh
dengan baik. Bantalan lunak pada aksila untuk menyerap kelembapan dan mencegah
kerusakan kulit. Keterbatasan gerak dan kelakuan bahu terjadi akibat
disuse,maka latihan pendulum dapat dimulai segera setelah dapat ditoleransi
oleh pasien. Gerakan awal sendi tak akan menggeser fragmen bila gerakan
dilakukan dalam batas batas nyeri.
Fraktur ini memerlukan 6 sampai 10 minggu untuk sembuh
dan pasien harus menghindari aktivitas berlebihan seperti tenis selama 4 minggu
kemudian. Kelakuan residual,ilmu,dan keterbatasan kisaran gerak dapat menetap
sampai 6 bulan atau lebih.
Bila fraktur humerus mengalami pergeseran, penanganan
meliputi reduksi tertutup dengan visualisasi sinar X
reduksi terbuka, atau penggantian kaput humeri dengan protesis. Pada fraktur
jenis ini latihan dimulai hanya setelah periode imobilisasi telah cukup.
2. Fraktur Batang Humerus
Fraktur batang humerus paling sering di sebabkan oleh (1) trauma
langsung yang mengakibatkan fraktur transversal, oblik, atau komunitif, atau
(2) gaya memutar tak langsung yang menghasilkan fraktur spiral, saraf dan
pembuluh darah berakhialis dapat mengalami cedera pada fraktur ini. Lumpuh
pergelangan tangan merupakan petunjuk adanya cedera saraf radialis. Pengkajian
neurovaskuler awal sangat penting untuk membedakan antara trauma akibat cedera
dan komplikasi akibat penanganan.
Kadang berat lengan dapat membantu
mengoreksi adanya pergeseran sehingga tidak diperlukan pembedahan. Pada fraktur
oblik,spiral atau bergeser yang mengakibatkan pemendekan batang humerus. Dapat
digunakan gips penggantung. Gips ini dirancang sedemikian rupa sehingga
beratnya dapat berfungsi sebagai traksi bagi lengan saat pasien tegak akan
mereduksi dan mengbolisasikan fraktur. Gips penggantung harus tergantung
(dibiarkan tergantung bebas tanpa di sangga) karena berat gips merupakan cara
untuk melakukan traksi terus menerus pada aksis panjang lengan .pasien di
nasehati untuk tidur dalam posisi tegak sehingga traksi dari berat gips dapat
dipertahankan konstan. Komplikasi yang mungkin terjadi dengan cara terapi ini
adalah distraksi fraktur (penarikan fragmen tulang yang terlalu jauh) akibat
berat gips dan angulasi fraktur akibat gerakan fraktur yang berlebihan.
Latihan jari dimulai
segera setelah gips dipasang dan latihan pendulum bahu dilakukan sesuai resep
untuk mengembalikan gerakan bahu aktif sehingga dapat mencegah adesi kapsul
sendi bahu. Latihan isometik dapat diberikan untuk mencegah atrofi otot.
Setelah gips dilepas dipasang sling
dan latihan bahu, siku, dan pergelangan tangan dimulai. Fraktur humerus
memerlukan waktu sekitar 10 minggu untuk sembuh bila ditangani dengan gips
penggantung.
Pasien lansia kemungkinan tak dapat
menoleransi gips penggantung. Sling dan pembalut dapat memberikan kenyamanan
dan imobilisasi yang memadai latihan bahu dimulai sekitar 3 minggu.
Brance fungsional merupakan bentuk penanganan lain yang
dipakai pada fraktur in. Gips pengantung dipasang sekitar 1 minggu kemudian
dipasang lengan termoplastik yang di cetak sesuai bentuk lengan dan diperkuat
dengan velkro di sekeliling lengan atas. Bila pembengkakan telah berkurang
velkro dikencangkan memberikan tekanan seragam dan stabilitas pada tulang brace
fungsional kemungkinan penggunaan otot secara aktif gerakan bahu dan siku dan
aprosimasi patahan tulang dengan baik. Kalus yang tumbuh sudah mencakupi dan
lengan plastic dapat dilepas dalam sekitar 9 minngu
Gips spika bahu dapat
digunakan selama penanganan awal fraktur humerus tak stabil. Pada umumnya
pasien merasa tak nyaman dan merasa aneh.
Traksi
skelet sedah mencakupi bagi pasien yang harus tetap berbaringdi tempat tidur
akibat cedera ditempat lain pasien didorong untuk melakukan latihan aktif
tangan dan pergelangan tangan.
Fratur terbuka batang
humerus biasanya ditangani dengan fiksator eksterna. Reduksi terbuka fraktur
humerus diperlukan bila ada palsy syaraf. Fraktur patologis atau bila ada
penyakit sistemik atau neurologis (penyakit parkison)yang tidak memungkinkan
pemasangan gips penggantung.
3. Fraktur pada siku
Fraktura humerus distal akibat kecelakaan kendaraan
bermotor. Jatuh dengan siku menumpu (dengan posisi ekstensi atau fleksi), atau
hantaman langsung. Fraktur ini dapat mengakibatkan kerusakan saraf akibat
cedera pada saraf medianus,radialis, atau ulnaris. Pasien dievaluasi adanya
parertesia dan tanda ganggua peredaran
darah pada lengan bawah dan tangan. Komplikasi paling serius pada fraktur
suprakondiler humerus adalah kontraktur iskemik volkmann, yang terjadi akibat
pembengkakan antekubital dan kerusakan arteri brakhialis.
Perawat
harus :
1. Mengobservasi tangan mengenai adanya pembengkakan warna
kulit, pengisian kapiler dasar kuku, dan temperature. Tangan yang sehat dan
sakit dibandingkan.
2. Mengkaji denyut nadi radialis
3. Mengkaji adanya parestesia (kesemutan dan terbuka) pada
tangan, karena kemungkinan menunjukkan adanya cedera saraf atau iskemia yang
mengancam.
4. Mengkaji kemampuan menggerakkan jari
5. Mengkaji intensitas dan karakter nyeri
6. Secara langsung mengukur tekanan jaringan sesuai resep
7. Melaporkan indikasi adanya gangguan fungsi saraf atau
gangguan perfusi peredaran darah segera sebelum terjadi kerusakan yang tak
dapat diperbaiki. Mungkin perlu dilakukan fasiotomi
Potensial komplikasi lain adalak kerusakan permukaan
sendi dan hemartrosis (darah dalam
send). Dengan adanya hemartrosis, dokter harus mengaspirasi sendi untuk
mengeluarkan darah, sehingga mengurangi tekanan dan nyeri.
Tujuan terapi adalah reduksi dan stabilisasi segera
fraktur, diikuti gerakan aktif terkontrolnbila pembengkakan telah hilang dan
penyembuhan telah dimulai. Bila fraktur tidak mengalami pergeseran, lengan
dimobilisasi dengan gips atau bidai posterior dengan suku diflekskan 45 sampai
90 derajat, atau siku dapat disangga dengan bulat tekan dan sling.
Fraktura yang mengalami pergeseran biasanya dapat
ditangani dengan traksi atau reduksi terbuka dan fiksassi interna. Eksisi
fragmen tulang mungkin perlu dilakukan. Kemudian dipasang penyokong eksterna
tambahan dengan bidai gips.
Latihan jari aktif harus diusahakan. Latihan rentang
gerak yang lembut sendi yang cedera dimulai sejak sekitar 1 minggu setelah
fiksasi interna dan setelah 2 minggu pada reduksi tertutup. Gerakan dapat
mempercepat penyembuhan pada sendi yang cedera dengan menggerakkan cairan
sinoval ke dalam kartilago artikularis. Latihan aktif sendi siku dilakukan
sesuai petunjuk dokter, karena keterbatasan gerak residual dapat terjadi bila
tidak dilakukan program rehabilitasi intensif.
4. Fraktura Radius dan Ulna
Fraktur kaput radii. Fraktur kaput radii sering terjadi
dan biasanya terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi.
Bila terkumpul banyak darah dalam sendi siku (hemartrosis), harus diaspirasi
untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan gerakan awal. Imobilisasi untuk fraktur
tanpa pergeseran, diperlukan pembedahan, dengan eksisi kaput radii bila perlu.
Pascaoperasi, lengan diimobilisasi dengan bebat gips posterior dan sling.
Pasien didorong untuk menjalankan program gerakan aktif siku dan lengan bawah
sesuai petunjuk.
Fraktur
batang radius dan ulna.
Fraktur lpada batang lengan bawah biasa terjadi pada anak-anak. Baik radius
maupun ulna atau keduanya dapat mengalami patah pada setiap ketinggian.
Biasanya, akan terjadi pergeseran bila kedua tulang patah.
Fungsi unik lengan bawah untuk pronasi dan supinasi harus
dipertahankan dengan menjaga posisi dan kesejaran anatomik yang baik. Bila
fragmen tidak mengalami pergeseran, fraktur ditangani dengan reduksi tertutup
dengan gips lengan panjang dipasang dari lengan atas sampai lekukan palmar
proksimal. Dapat dipasang pengait gips dekat siku dan dipasangi sling untuk
menjaga jangan sampai gips bergeser-bergeser pada kulit lengan bawah.
Peredaran darah, gerakan dan perasaan tangan harus dikaji
setelah pemasangan gips. Lengan ditinggikan untuk mengontrol edema. Fleksi dan
ekstensi jari-jari harus sering dilakukan untuk mengurangi edema. Gerakan aktif
bahu yang terkena sangat penting dilakukan, reduksi dan kesejajaran dikontrol
dengan secara ketat dengan sinar-X agar yakin bahwa imobilisasi telah memadai.
Fraktur diimobilisasi selama 12 minggu; selama 6 minggu
terakhir gips diganti dengan brace fungsional yang mwmungkinkan latihan pada
pergelangan tangan dan siku
Fraktur yang mengalami pergeseran ditangani dengan
reduksi terbuka dengan fiksadi interna, menggunakan plat kompresi dengan
sekrup, nail intrameduler, atau
batang. Lengan biasanya diimobilisasikan dengan bidai, gips atau balut tekan.
Farktur terbuka dapat ditangani dengan alat fiksasi eksterna. Lengan
ditinggikan untuk mengontrol pembengkakan. Status neurovaskuler di pantai.
Latihan siku, pergelangan tangan dan tangan dimulai bila alat imobilisasi telah
memungkinkan.
5. Fraktur pergelangan tangan
Fraktur radius distal (fraktur Colles) merupakan fraktur
yang sering terjadi dan biasanya terjadi akibat jatuh pada tangan dorsifleksi
terbuka. Fraktur ini sering terjadi pada anak-anak dan wanita tua dengan tulang
osteoporosis dan jaringan tulang lemah yang tak mampi menahan energy akibat
jatuh. Pasien dating dengan deformitas pergelangan tangan, deviasi radial,
nyeri, bengkak, kelemahan, keterbatasan gerak jari dan kebas.
Penanganan biasanya terdiri dari reduksi tertutup dan
imobilisasi dengan gips. Pada fraktur yang berat, dapat dipasang kawat kirchner
untuk mempertahankan reduksi. Pergelangan tangan dan lengan bawah harus ditinggikan
selama 48 jam setelah reduksi untuk mengontrol pembengkakan.
Gerakan aktif jari-jari dan bahu dimulai segera. Pasien
diajari untuk mengikuti latihan jari yang berikut untuk mengurangi pembengkakan
dan mencegah kekakuan:
1.
Mempertahankan
tangan setinggi jantung
2.
Menggerakkan
jari dari ekstensi penuh sampai fleksi. Tahan dan lepaskan. (ulangi paling
tidak 10 kali tiap setengah jam bila sedang terjaga)
3.
Mempergunakan
tangan dalam aktivitas fungsional
4.
Secara
aktif melatih bahu dan siku
Jari dapat mengalami pembengkakan akibat berkurangnya
aliran balik vena dan pembuluh limfe. Fungsi sensoris saraf medianus dikaji
dengan menusuk dengan jarum aspek distal jari telunjuk, dan fungsi motoris dikaji dengan menguji kemampuan ibu
jari ke kelingking. Gangguan peredaran darah dan fungsi saraf harus degera di
tangani dengan membebaskan semua balutan dengan gips yang menjerat.
6.
Fraktur
tangan
Trauma
tangan sering memerlukan pembedahan rekonstruksi ekstensif. Tujuan penanganan
adalah selalu mengembalikan fungsi maksimal tangan. Untuk fraktur tanpa
pergeseran falang distal (tulang jari), jari dibebat selama 3 sampai 4 minggu
untuk mengurangi nyeri dan melindungi ujung dari trauma lebih lanjut. Fraktur
yang mengalami pergeseran dan fraktur terbuka mungkin memerlukan reduksi
terbuka dengan fiksasi interna, menggunakan kawat dan pin.
Status
neurovaskuler tangan yang cedera dievaluasi. Pembengkakan di kontrol dengan
meninggikan tangan. Penggunaan fungsional bagian yang tak terlibat harus
dianjurkan.
7.
Fraktur
klavikula
Fraktur klavikula adalah putusnya hubungan tulang,
klavikula yang disebabkan oleh suatu trauma langsung dan tidak langsung pada
posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstretched hand), dimana trauma
dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula.
8.
Fraktur
skapula
Fraktur skapula adalah putusnya hubungan tulang belikat
(skapula) yang disebabkan oleh suatu trauma langsung pada badan atau leher
skapula.
C.
Etiology
Fraktur
disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puter mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrem (Smeltzer,2002). Umunya fraktur disebabkan oleh trauma
dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur cenderung terjadi
pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering
mengalami fraktur daripada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatkan
insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormone pada menopause
(Reeves, 2001)
D.
Patofisiologi
Fraktur
kaput nadi sering terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku
ekstensi. Bila terpukul banyak darah dalam sendi siku (Hemarthosis) harus
diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan gerakan awal.
Bila
fraktur mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan eksisi kaput radii
bila perlu. Paksa operasi lengan diimobilisasi dengan bebat gips posterior dan
sling. Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya
terjadi pada anak-anak. Baik radius maupun ulna kaduanya dapat mengalami patah.
Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang
patah.
Dengan
adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian.
Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat mengakibatkan keluarnya
sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum kuning yang keluar akibat
fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran darah
sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak ini sampai pada
pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih besar daripada diameter
pembuluh darah maka akan terjadi
E.
Manifestasi
klinik
1.
Nyeri
hebat pada fraktur dan nyeri bertambah bila ditekan/diraba
2.
Tidak
mampu menggerakkan lengan/tangan
3.
Spasme
otot
4.
Perubahan
betuk/posisi berlebihan bila di bandingkan pada keadaan normal
5.
Ada/tidak
adanya luka pada daerahh fraktur
6.
Kehilangan
sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat oleh fragmen tulang
7.
Krepitasi
jika di gerakkan
8.
Perdarahan
9.
Syok
10. Keterbatasan mobilisasi
F.
Pemeriksaan
diagnostik
1.
Foto
rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur
2.
Pemeriksaan
lainnya yang juga merupakan persiapan operasi antara lain:
a)
Darah
lengkap
b)
Golongan
darah
c)
Masa
pembekuan dan perdarahan
d)
EKG
e)
Kimia
darah
G.
Penatalaksanaan
medis
Penatalaksanaan medis untuk fraktur ekstremitas atas
untuk masing-massing fraktur antara lain:
Ada
beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat menangani fraktur:
1.
Rekognisi
Pengenalan
riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan perkiraan yang patah,
kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulanh dan
ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat dilakukan misalnya pemasangan
bidai.
2.
Reduksi
Usaha
dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapat mungkin
kembali seperti letak asalnya.
Cara penanganan secara reduksi :
a)
Pemasangan
gips
Untuk mempertahankan posiso fragmen tulang yang fraktur
b)
Reduksi
tertutup (closed reduction external fixation)
Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk
mempertahankan posisi tulang dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat, paku
yang dipasang di sisi maupun didalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah
1-12 bulan dengan pembedahan
3.
Debrideme
Untuk
mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar fraktur pada keadaan
luka sangat parah dan tidak beraturan
4.
Rehabilitasi
Memulihkan
kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk mengembalikan fungsi normal.
5.
Perlu
dilakukan mobilisasi
Kemandirian
bertahap.
H.
Komplikasi
1)
Komplikasi
awal setelah fraktur adalah syok
Bisa berakibat
fatal dalam beberapa jam setelah cedera
2)
Sindroma
kompratemen
Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot
kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan
3)
Tromboeboli
4)
Infeksi
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Fraktur menurut Smeltzer (2012) adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan sitentukan sesuai jenis dan luasnya. Demikian pula
menurut Sjamsuhidayat (2015), fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umunya disebabkan oleh
rudapaksa. Sementara Doenges (2020) memberikan batasan, fraktur adalah patah
tulang, biasanya di sebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (price 1995).
Sedangkan fraktur menurut Reeves (2011), adalah setiap retak atau patah pada
tulang yang utuh.
2.
Fraktur humerus proksimal dapat terjadi pada kolum
antomikum maupun kolum sirurgikum humeri. Kolum sirurgikum humeri terletak
tepat di bawah kaput humeri. Kolum sirurgikum humeri terletak di bawah
tuberkulum. Fraktur impaksi kolum sirurgikum humeri paling sering terjadi pada
wanita tua setelah jatuh dengan posisi tangan menyangga. Fraktur ini pada
dasarnya tidak bergeser. Pasien usia sebaya yang aktif dapat mengalami fraktur
kolum humeri dengan pergeseran dengan disertai kerusakan rotator cuff.
3.
Fraktur barang humerus paling sering disebabkan oleh (1)
trauma langsung yang mengakibatkan fraktur transversal, oblik, atau kominutif
atau (2) gaya memutar tak langsung yang menghasilkan fraktur spiral. Saraf dan
pembuluh darah brakhialis dapat mengalami cedera pada fraktur ini.
4.
Fraktur humerus distal akibat kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh dengan siku menumpu (dengan posisi ekstensi atau fleksi)atau
hantaman langsung.
Komentar
Posting Komentar