”FRAKTUR EKSTREMITAS ATAS”



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang Fraktur dengan baik.

            Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit fraktur. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

            Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kita sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

`

                                                                                    Makassar,22 Januari 2019

 

                                                                          Penyusun

 


 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitass fisik dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga. Pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.

Jumlah korban kecelakaan lalu lintas di indonesia cenderung turun, yaitu 47.401 orang pada tahun 1989, Menjadi 32.815 orang pada tahun 2015. Rasio jumlah korban cedera sebesar 16,80 per 10.000 penduduk dan rasio korban meninggal sebesar 5,63 per 10.000 penduduk. Angka kematian tertinggi berada di wilayah kalimantan timur, yaitu 11,07 per 100.000 penduduk dan terendah di Jawa Tengah, yaitu sebesar 2,67 per 100.000 penduduk (Depkes, 1996)

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah definisi fraktur ekstremitas atas ?

2.      Bagaimanakah klasifikasi fraktur ekstremitas atas ?

3.      Bagaimanakah etiologi fraktur ekstremitas atas ?

4.      Bagaimanakah patofisiologi fraktur ekstremitas atas ?

5.      Bagaimanakah manifestasi klinik fraktur ekstremitas atas ?

6.      Bagaimanakah pemeriksaan fraktur ekstremitas atas ?

7.      Bagaimanakah penatalaksaan fraktur ekstremitas atas ?

8.      Bagaimanakah komplikasi fraktur ekstremitas atas ?

 

C.     Tujuan

1.      Mampu menjelaskan definisi fraktur ekstremitas atas

2.      Mampu menjelaskan klasifikasi fraktur ekstremitas atas

3.      Mampu menjelaskan etiologi fraktur ekstremitas atas

4.      Mampu menjelaskan patofisiologi fraktur ekstremitas atas

5.      Mampu menjelaskan manifestasi klinik fraktur ekstremitas atas

6.      Mampu menjelaskan pemeriksaan fraktur ekstremitas atas

7.      Mampu menjelaskan penatalaksaan fraktur ekstremitas atas

8.      Mampu menjelaskan komplikasi fraktur ekstremitas atas

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi

Banyak sekali batas yang dikemukakan oleh para ahli tentang fraktur. Fraktur menurut Smeltzer (2012) adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Demikian pula menurut Sjamsuhidayat (2015), fraktur atau patah tulang adalah putusnya kontiunitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Sementara menurut Doenges (2020) memberikan batasan, fraktur adalah pemisahan atau patahannya tulang. Fraktura adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price,1995) sedangkan fraktur menurut Reeves (2011),adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.

Berdasarkan batasan di atas dapat disimpulkan bahwa, fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang, retak atau patahnya tulang-tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma

B.     Klasifikasi Fraktur ekstremitas atas

1.      Fraktur Kolum Humeri

Fraktur humerus proksimal dapat terjadi pada kolum anatomikum maupun kolum sirurgikum humeri. Kolum anatomikum humeri terletak tepat dibawah kaput humeri. Kolum sirurgikum humeri terletak dibawah tuberlkulum. Fraktur invaksi kolum sirurgikum humeri paling sering terjadi pada wanita tua setelah jatuh dengan posisi tangan menyangga. Fraktur ini pada dasarnya tidak bergeser. Pasien usia sebaya yang aktif dapat mengalami fraktur kolum humeri dengan pergeseran dengan disertai kerusakan rotator cuff.

Pasien datang dengan lengan yang sakit tergantung tak berdaya pada sisi tubuh dan disangga oleh lengan yang sehat. Pengkajian neurovaskuler ekstremitasyang terkena sangat penting untuk mengevaluasi dengan sempurna beratnya cedera dan kemungkinan keterlibatan berkas neurovaskuler (saraf dan pembuluh darah)lengan.

Kebanyakan fraktur impaksi kolum sirurgikum humeri tidak mengalami pergeseran dan tidak memerlukan reduksi.lengan disangga dan di mobilisasi dengan saling dan balutan yang mengikat lengan ke barang tubuh dengan baik. Bantalan lunak pada aksila untuk menyerap kelembapan dan mencegah kerusakan kulit. Keterbatasan gerak dan kelakuan bahu terjadi akibat disuse,maka latihan pendulum dapat dimulai segera setelah dapat ditoleransi oleh pasien. Gerakan awal sendi tak akan menggeser fragmen bila gerakan dilakukan dalam batas batas nyeri.

 

Fraktur ini memerlukan 6 sampai 10 minggu untuk sembuh dan pasien harus menghindari aktivitas berlebihan seperti tenis selama 4 minggu kemudian. Kelakuan residual,ilmu,dan keterbatasan kisaran gerak dapat menetap sampai 6 bulan atau lebih.

Bila fraktur humerus mengalami pergeseran, penanganan meliputi reduksi tertutup dengan visualisasi sinar  X  reduksi terbuka, atau penggantian kaput humeri dengan protesis. Pada fraktur jenis ini latihan dimulai hanya setelah periode imobilisasi telah cukup.

2.      Fraktur Batang Humerus

             Fraktur batang humerus paling sering di sebabkan oleh (1) trauma langsung yang mengakibatkan fraktur transversal, oblik, atau komunitif, atau (2) gaya memutar tak langsung yang menghasilkan fraktur spiral, saraf dan pembuluh darah berakhialis dapat mengalami cedera pada fraktur ini. Lumpuh pergelangan tangan merupakan petunjuk adanya cedera saraf radialis. Pengkajian neurovaskuler awal sangat penting untuk membedakan antara trauma akibat cedera dan komplikasi akibat penanganan.

                             Kadang berat lengan dapat membantu mengoreksi adanya pergeseran sehingga tidak diperlukan pembedahan. Pada fraktur oblik,spiral atau bergeser yang mengakibatkan pemendekan batang humerus. Dapat digunakan gips penggantung. Gips ini dirancang sedemikian rupa sehingga beratnya dapat berfungsi sebagai traksi bagi lengan saat pasien tegak akan mereduksi dan mengbolisasikan fraktur. Gips penggantung harus tergantung (dibiarkan tergantung bebas tanpa di sangga) karena berat gips merupakan cara untuk melakukan traksi terus menerus pada aksis panjang lengan .pasien di nasehati untuk tidur dalam posisi tegak sehingga traksi dari berat gips dapat dipertahankan konstan. Komplikasi yang mungkin terjadi dengan cara terapi ini adalah distraksi fraktur (penarikan fragmen tulang yang terlalu jauh) akibat berat gips dan angulasi fraktur akibat gerakan fraktur yang berlebihan.

                                      Latihan jari dimulai segera setelah gips dipasang dan latihan pendulum bahu dilakukan sesuai resep untuk mengembalikan gerakan bahu aktif sehingga dapat mencegah adesi kapsul sendi bahu. Latihan isometik dapat diberikan untuk mencegah atrofi otot.

                          Setelah gips dilepas dipasang sling dan latihan bahu, siku, dan pergelangan tangan dimulai. Fraktur humerus memerlukan waktu sekitar 10 minggu untuk sembuh bila ditangani dengan gips penggantung.

                          Pasien lansia kemungkinan tak dapat menoleransi gips penggantung. Sling dan pembalut dapat memberikan kenyamanan dan imobilisasi yang memadai latihan bahu dimulai sekitar 3 minggu.

                         

Brance fungsional merupakan bentuk penanganan lain yang dipakai pada fraktur in. Gips pengantung dipasang sekitar 1 minggu kemudian dipasang lengan termoplastik yang di cetak sesuai bentuk lengan dan diperkuat dengan velkro di sekeliling lengan atas. Bila pembengkakan telah berkurang velkro dikencangkan memberikan tekanan seragam dan stabilitas pada tulang brace fungsional kemungkinan penggunaan otot secara aktif gerakan bahu dan siku dan aprosimasi patahan tulang dengan baik. Kalus yang tumbuh sudah mencakupi dan lengan plastic dapat dilepas dalam sekitar 9 minngu

                                      Gips spika bahu dapat digunakan selama penanganan awal fraktur humerus tak stabil. Pada umumnya pasien merasa tak nyaman dan merasa aneh.

                                      Traksi skelet sedah mencakupi bagi pasien yang harus tetap berbaringdi tempat tidur akibat cedera ditempat lain pasien didorong untuk melakukan latihan aktif tangan dan pergelangan tangan.

                                      Fratur terbuka batang humerus biasanya ditangani dengan fiksator eksterna. Reduksi terbuka fraktur humerus diperlukan bila ada palsy syaraf. Fraktur patologis atau bila ada penyakit sistemik atau neurologis (penyakit parkison)yang tidak memungkinkan pemasangan gips penggantung.    

 

3.      Fraktur pada siku

Fraktura humerus distal akibat kecelakaan kendaraan bermotor. Jatuh dengan siku menumpu (dengan posisi ekstensi atau fleksi), atau hantaman langsung. Fraktur ini dapat mengakibatkan kerusakan saraf akibat cedera pada saraf medianus,radialis, atau ulnaris. Pasien dievaluasi adanya parertesia dan tanda ganggua  peredaran darah pada lengan bawah dan tangan. Komplikasi paling serius pada fraktur suprakondiler humerus adalah kontraktur iskemik volkmann, yang terjadi akibat pembengkakan antekubital dan kerusakan arteri brakhialis.

 

                                    Perawat harus :

1.      Mengobservasi tangan mengenai adanya pembengkakan warna kulit, pengisian kapiler dasar kuku, dan temperature. Tangan yang sehat dan sakit dibandingkan.

2.      Mengkaji denyut nadi radialis

3.      Mengkaji adanya parestesia (kesemutan dan terbuka) pada tangan, karena kemungkinan menunjukkan adanya cedera saraf atau iskemia yang mengancam.

4.      Mengkaji kemampuan menggerakkan jari

5.      Mengkaji intensitas dan karakter nyeri

6.      Secara langsung mengukur tekanan jaringan sesuai resep

7.      Melaporkan indikasi adanya gangguan fungsi saraf atau gangguan perfusi peredaran darah segera sebelum terjadi kerusakan yang tak dapat diperbaiki. Mungkin perlu dilakukan fasiotomi

Potensial komplikasi lain adalak kerusakan permukaan sendi dan hemartrosis (darah dalam send). Dengan adanya hemartrosis, dokter harus mengaspirasi sendi untuk mengeluarkan darah, sehingga mengurangi tekanan dan nyeri.

Tujuan terapi adalah reduksi dan stabilisasi segera fraktur, diikuti gerakan aktif terkontrolnbila pembengkakan telah hilang dan penyembuhan telah dimulai. Bila fraktur tidak mengalami pergeseran, lengan dimobilisasi dengan gips atau bidai posterior dengan suku diflekskan 45 sampai 90 derajat, atau siku dapat disangga dengan bulat tekan dan sling.

Fraktura yang mengalami pergeseran biasanya dapat ditangani dengan traksi atau reduksi terbuka dan fiksassi interna. Eksisi fragmen tulang mungkin perlu dilakukan. Kemudian dipasang penyokong eksterna tambahan dengan bidai gips.

Latihan jari aktif harus diusahakan. Latihan rentang gerak yang lembut sendi yang cedera dimulai sejak sekitar 1 minggu setelah fiksasi interna dan setelah 2 minggu pada reduksi tertutup. Gerakan dapat mempercepat penyembuhan pada sendi yang cedera dengan menggerakkan cairan sinoval ke dalam kartilago artikularis. Latihan aktif sendi siku dilakukan sesuai petunjuk dokter, karena keterbatasan gerak residual dapat terjadi bila tidak dilakukan program rehabilitasi intensif.

4.      Fraktura Radius dan Ulna

Fraktur kaput radii. Fraktur kaput radii sering terjadi dan biasanya terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. Bila terkumpul banyak darah dalam sendi siku (hemartrosis), harus diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan gerakan awal. Imobilisasi untuk fraktur tanpa pergeseran, diperlukan pembedahan, dengan eksisi kaput radii bila perlu. Pascaoperasi, lengan diimobilisasi dengan bebat gips posterior dan sling. Pasien didorong untuk menjalankan program gerakan aktif siku dan lengan bawah sesuai petunjuk.

Fraktur batang radius dan ulna. Fraktur lpada batang lengan bawah biasa terjadi pada anak-anak. Baik radius maupun ulna atau keduanya dapat mengalami patah pada setiap ketinggian. Biasanya, akan terjadi pergeseran bila kedua tulang patah.

 

Fungsi unik lengan bawah untuk pronasi dan supinasi harus dipertahankan dengan menjaga posisi dan kesejaran anatomik yang baik. Bila fragmen tidak mengalami pergeseran, fraktur ditangani dengan reduksi tertutup dengan gips lengan panjang dipasang dari lengan atas sampai lekukan palmar proksimal. Dapat dipasang pengait gips dekat siku dan dipasangi sling untuk menjaga jangan sampai gips bergeser-bergeser pada kulit lengan bawah.

Peredaran darah, gerakan dan perasaan tangan harus dikaji setelah pemasangan gips. Lengan ditinggikan untuk mengontrol edema. Fleksi dan ekstensi jari-jari harus sering dilakukan untuk mengurangi edema. Gerakan aktif bahu yang terkena sangat penting dilakukan, reduksi dan kesejajaran dikontrol dengan secara ketat dengan sinar-X agar yakin bahwa imobilisasi telah memadai.

Fraktur diimobilisasi selama 12 minggu; selama 6 minggu terakhir gips diganti dengan brace fungsional yang mwmungkinkan latihan pada pergelangan tangan dan siku

Fraktur yang mengalami pergeseran ditangani dengan reduksi terbuka dengan fiksadi interna, menggunakan plat kompresi dengan sekrup, nail intrameduler, atau batang. Lengan biasanya diimobilisasikan dengan bidai, gips atau balut tekan. Farktur terbuka dapat ditangani dengan alat fiksasi eksterna. Lengan ditinggikan untuk mengontrol pembengkakan. Status neurovaskuler di pantai. Latihan siku, pergelangan tangan dan tangan dimulai bila alat imobilisasi telah memungkinkan.

5.      Fraktur pergelangan tangan

Fraktur radius distal (fraktur Colles) merupakan fraktur yang sering terjadi dan biasanya terjadi akibat jatuh pada tangan dorsifleksi terbuka. Fraktur ini sering terjadi pada anak-anak dan wanita tua dengan tulang osteoporosis dan jaringan tulang lemah yang tak mampi menahan energy akibat jatuh. Pasien dating dengan deformitas pergelangan tangan, deviasi radial, nyeri, bengkak, kelemahan, keterbatasan gerak jari dan kebas.

Penanganan biasanya terdiri dari reduksi tertutup dan imobilisasi dengan gips. Pada fraktur yang berat, dapat dipasang kawat kirchner untuk mempertahankan reduksi. Pergelangan tangan dan lengan bawah harus ditinggikan selama 48 jam setelah reduksi untuk mengontrol pembengkakan.

Gerakan aktif jari-jari dan bahu dimulai segera. Pasien diajari untuk mengikuti latihan jari yang berikut untuk mengurangi pembengkakan dan mencegah kekakuan:

1.      Mempertahankan tangan setinggi jantung

2.      Menggerakkan jari dari ekstensi penuh sampai fleksi. Tahan dan lepaskan. (ulangi paling tidak 10 kali tiap setengah jam bila sedang terjaga)

3.      Mempergunakan tangan dalam aktivitas fungsional

4.      Secara aktif melatih bahu dan siku

 

Jari dapat mengalami pembengkakan akibat berkurangnya aliran balik vena dan pembuluh limfe. Fungsi sensoris saraf medianus dikaji dengan menusuk dengan jarum aspek distal jari telunjuk, dan fungsi  motoris dikaji dengan menguji kemampuan ibu jari ke kelingking. Gangguan peredaran darah dan fungsi saraf harus degera di tangani dengan membebaskan semua balutan dengan gips yang menjerat.

6.      Fraktur tangan

                        Trauma tangan sering memerlukan pembedahan rekonstruksi ekstensif. Tujuan penanganan adalah selalu mengembalikan fungsi maksimal tangan. Untuk fraktur tanpa pergeseran falang distal (tulang jari), jari dibebat selama 3 sampai 4 minggu untuk mengurangi nyeri dan melindungi ujung dari trauma lebih lanjut. Fraktur yang mengalami pergeseran dan fraktur terbuka mungkin memerlukan reduksi terbuka dengan fiksasi interna, menggunakan kawat dan pin.

                        Status neurovaskuler tangan yang cedera dievaluasi. Pembengkakan di kontrol dengan meninggikan tangan. Penggunaan fungsional bagian yang tak terlibat harus dianjurkan.

7.      Fraktur klavikula

Fraktur klavikula adalah putusnya hubungan tulang, klavikula yang disebabkan oleh suatu trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstretched hand), dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula.

8.      Fraktur skapula

Fraktur skapula adalah putusnya hubungan tulang belikat (skapula) yang disebabkan oleh suatu trauma langsung pada badan atau leher skapula.

 

C.     Etiology

            Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer,2002). Umunya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatkan insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormone pada menopause (Reeves, 2001)

 

D.    Patofisiologi

            Fraktur kaput nadi sering terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. Bila terpukul banyak darah dalam sendi siku (Hemarthosis) harus diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan gerakan awal.

            Bila fraktur mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan eksisi kaput radii bila perlu. Paksa operasi lengan diimobilisasi dengan bebat gips posterior dan sling. Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi pada anak-anak. Baik radius maupun ulna kaduanya dapat mengalami patah. Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.

            Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian. Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak ini sampai pada pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi

E.     Manifestasi klinik

1.      Nyeri hebat pada fraktur dan nyeri bertambah bila ditekan/diraba

2.      Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan

3.      Spasme otot

4.      Perubahan betuk/posisi berlebihan bila di bandingkan pada keadaan normal

5.      Ada/tidak adanya luka pada daerahh fraktur

6.      Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat oleh fragmen tulang

7.      Krepitasi jika di gerakkan

8.      Perdarahan

9.      Syok

10.  Keterbatasan mobilisasi


F.      Pemeriksaan diagnostik

1.    Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur

2.    Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan persiapan operasi antara lain:

a)      Darah lengkap

b)      Golongan darah

c)      Masa pembekuan dan perdarahan

d)     EKG

e)      Kimia darah


G.    Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis untuk fraktur ekstremitas atas untuk masing-massing fraktur antara lain:

            Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat menangani fraktur:

 

1.      Rekognisi

                        Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan perkiraan yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulanh dan ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat dilakukan misalnya pemasangan bidai.

2.      Reduksi

                        Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.

 

Cara penanganan secara reduksi :

a)      Pemasangan gips

Untuk mempertahankan posiso fragmen tulang yang fraktur

b)      Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)

Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk mempertahankan posisi tulang dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang di sisi maupun didalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan

3.      Debrideme

                        Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan

4.      Rehabilitasi

                        Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk mengembalikan fungsi normal.

5.      Perlu dilakukan mobilisasi

                        Kemandirian bertahap.

 

 

H.    Komplikasi

1)   Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok

Bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera

2)   Sindroma kompratemen

Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan

3)   Tromboeboli

4)   Infeksi

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

1.     Fraktur menurut Smeltzer (2012) adalah terputusnya kontinuitas tulang dan sitentukan sesuai jenis dan luasnya. Demikian pula menurut Sjamsuhidayat (2015), fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umunya disebabkan oleh rudapaksa. Sementara Doenges (2020) memberikan batasan, fraktur adalah patah tulang, biasanya di sebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (price 1995). Sedangkan fraktur menurut Reeves (2011), adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.

2.     Fraktur humerus proksimal dapat terjadi pada kolum antomikum maupun kolum sirurgikum humeri. Kolum sirurgikum humeri terletak tepat di bawah kaput humeri. Kolum sirurgikum humeri terletak di bawah tuberkulum. Fraktur impaksi kolum sirurgikum humeri paling sering terjadi pada wanita tua setelah jatuh dengan posisi tangan menyangga. Fraktur ini pada dasarnya tidak bergeser. Pasien usia sebaya yang aktif dapat mengalami fraktur kolum humeri dengan pergeseran dengan disertai kerusakan rotator cuff.

3.     Fraktur barang humerus paling sering disebabkan oleh (1) trauma langsung yang mengakibatkan fraktur transversal, oblik, atau kominutif atau (2) gaya memutar tak langsung yang menghasilkan fraktur spiral. Saraf dan pembuluh darah brakhialis dapat mengalami cedera pada fraktur ini.

4.     Fraktur humerus distal akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dengan siku menumpu (dengan posisi ekstensi atau fleksi)atau hantaman langsung. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah memandikan pasien

Penilaian kesadaran Kualitatif